Mengenal Sosok Manager Legenda Milan: Nereo Rocco
Tahun 1950-an, dunia sedang dimabuk oleh permainan super menyerang ala Brazil dan Hungaria. Pola yang biasa dipakai pada saat itu adalah 4-2-4 dan 3-3-4. Suatu pola yang sangat menitik beratkan permainan menyerang. Tapi di suatu sudut kota kecil di Italia, Triestina, ada suatu revolusi taktik sedang dimulai. Dengan skuad yang sangat minim kualitas, Triestina menjadi runner-up Serie A dengan rekor tidak terkalahkan di kandang. Mulailah orang mencari tahu sosok yang bertanggung jawab di balik mujizat tersebut, dan saat itulah sosok Nereo Rocco, sang manajer, mulai dikenal orang termasuk juga pakem yang dianutnya yaitu sistem pertahanan solid atau yang biasa disebut sebagai Catenaccio.
Setelah Triestina, tim serie B Padova pun pernah merasakan racikan ajaib Nereo Rocco dengan dibawanya promosi ke Serie A setahun setelah debutnya. Tidak cukup promosi, mujizat pun kembali diulang dengan membawa Padova mencapai prestasi tertingginya dalam sejarah klub yaitu posisi 3 Serie A pada musim 1957/58.
AC Milan pun tertarik untuk juga merasakan polesan dari mantan pemain tengah Padova, Triestina dan Napoli ini. Akhirnya pada tahun 1961, Rocco menangani tim besar untuk pertama kalinya. Dan benar saja, dengan tetap mengusung pola Catenaccio, AC Milan memenangi Scudetto 1961-62 dan uniknya juga merangkap status sebagai tim paling produktif mencetak gol dalam musim itu. Nereo Rocco dikenal kurang suka dengan tipe pemain yang tidak mau kerja keras. Pemain bintang AC Milan pada masa itu seperti Jimmy Greaves dan Gianni Rivera pernah merasakan didepak dari skuad utama oleh Nereo Rocco karena dinilai malas dan tidak kooperatif dalam skema yang diusungnya. Sebagai gambaran, Jimmy Greaves dan Rivera mmungkin seperti Ibrahimovic atau CR-7 pada masa sekarang, mencadangkan mereka adalah suatu perjudian besar.
Generasi emas AC Milan pun mulai terbentuk di bawah arahan sang manajer. Pada 1963 , Milan memenangkan Scudetto dan European Cup (Champions League pada waktu itu bernama European Cup). Gelar tidak berhenti sampai disana saja, beberapa torehan yang lain seperti Intercontinental Cup , Coppa Italia, Cup Winner’s Cup semua sudah pernah dimenanginya bersama AC Milan.
Kebersamaannya bersama Milan sempat terputus pada tahun 1963 ketika dia memutuskan untuk menangani Torino selama 4 tahun. Juga pada tahun 1974 sempat menangani Fiorentina selama semusim sebelum memutuskan untuk kembali ke keluarga AC Milan sebagai direktur teknis dan asisten pelatih dari Niels Liedholm (ingat dengan trio Gre-No-Li?) pada tahun 1977. Dua tahun kemudian dia meninggal di Trieste.
Sampai hari ini Nereo Rocco masih tercatat sebagai manajer paling lama yang pernah menangani Milan dengan rekornya 459 pertandingan. Total gelar yang diperoleh: 2 Scudetto (1961-62, 1967-68), 3 Coppa Italia (1971-72, 1972-73, 1976-77), 2 European Cup (1962-63, 1968-69), 2 UEFA Winners’ Cup (1967-68, 1972-73), dan 1 Intercontinental Cup (1969).
Rocco’s Effect tidak hanya berhenti sampai di AC Milan saja, tapi kita juga tahu skema Catenaccio miliknya dikembangkan oleh Helenio Herrera (konon jauh lebih defensif menjurus negatif dibanding yang orisinal milik Nereo Rocco) yang akhirnya membawa Inter Milan memenangi banyak gelar domestik maupun Eropa. Namanya pun akhirnya diabadikan sebagai stadion di Trieste. Sangatlah layak Nereo Rocco masuk dalam daftar manager legenda AC Milan.
Comments
Post a Comment